White Horse [3 of unpredicted]

 Cast:

Kyuhyun & Sooyoung

Yoona

Author:

KyuyoungCHILD

Genre:

AU,Romance,sad,Marriage life

Rating:

PG15

Songs(recomended):

Taylor S.- White Horse

SNSD’s Taeyeon- Closer.

Note: Ini bukanlah songfict atau semacamnya. Ini cerita murni pemikiran saya dan mungkin terinspirasi dari beberapa lirik lagu White Horse-nya Taylor Swift.Jadi kalau mungkin cerita ini gak nyambung dengan arti lagu itu,harap dimaklumi.Dan maaf banget poster saya bener-bener seadanya ^O^

Annyeong^^

 – Stupid girl, i should have known, i should have known –

Guncangan pelan dibahuku membuatku tersadar dari mimpiku. Aku menggerakkan mata perlahan dan menyesuaikan intensitas cahaya yang menerpa bola mataku. Kulihat seorang ahjumma tua sedang tersenyum melihatku yang mulai terbangun.

“Anak muda, kau ketiduran disini?” tanyanya lembut. Aku langsung menegakkan dudukku dan mengusap wajahku lalu berdiri. Kubungkukkan tubuhku tanda hormat padanya.

“Mianhamnida, ahjumma. Saya ketiduran disini” kataku tak enak. Ia tersenyum maklum lalu menepuk bahuku pelan. “Masalahmu akan cepat selesai anak muda.  Tuhan menyayangi kita.”

Setelah berkata begitu, ia menduduki salah satu kursi disisi kananku. Aku mengerutkan kening, darimana ia tahu aku memiliki masalah?  Sedetik kemudian aku tersenyum kecut, pasti wajahku yang semrawut ini menjelaskan semuanya.

Aku melihatnya yang sedang menyatukan kedua tangannya lalu menutup kedua matanya. Kulihat ia tersenyum disetiap detik setelah menggumamkan beberapa patah kata yang tidak kuketahui. Hidup ahjumma itu pasti sedang bahagia-bahagianya.

Aku berdiri lalu berjalan menjauhi kursi yang aku tiduri sedari tadi malam. Aku sedikit memicingkan mataku untuk melihat jam karena mataku masih belum terlalu menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Ternyata sudah jam 9 pagi.

Aku menghela nafas. Kyuhyun pasti sudah pergi kerja dan tidak memperdulikan aku yang tidak pulang, atau mungkin ia perduli karena tidak ada yang membuatkannya sarapan.

Aku merentangkan telapak tanganku dan merasakan rintik hujan jatuh menyentuh telapak tanganku. Yaampun, hujan akan segera datang. Dan benar saja, ditengah perjalananku kerumah, hujan pun turun membasahi tubuhku.

Aku tidak mempercepat langkahku. Hujan adalah satu hal yang sangat aku sukai. Temanku untuk menangis bersama adalah hujan.

Gereja yang aku datangi memang tidak jauh dari rumahku. Jadi sekarang aku telah sampai didepan pagar. Sebelum masuk, aku mendengar suara derap langkah gusar dari belakangku. Aku menoleh dan well, aku cukup kaget dan mungkin sangat kaget. Kyuhyun berdiri didepanku dengan tatapan dingin yang menusuk.

Ia tak berkata apa-apa. Aku kaget karena tiba-tiba ia menjatuhkan payungnya dan ya Tuhan.

Ia menciumku.

Bukan, ia memagutku dengan kasar.

Aku meronta dilepaskan namun ia tak kunjung melepaskan bibirnya. Tanganku dikuncinya sehingga aku tak bisa mendorongnya seperti saat-saat sebelumnya jika ia memelukku. Aku hanya menangis menerima perlakuannya.

Tuhan, dicium Kyuhyun ditengah hujan tidak pernah kupikirkan sama sekali meskipun didalam imajinasi terliarku. Aku tak menampik bahwa ini merupakan hal romantis namun bagiku tentu saja ini menyakitkan. Ia menciumku dengan alasan yang tak dimilikinya dan dengan perlakuan menyakitkan yang ia berikan padaku.

Saat ia lengah, aku menendang perutnya dengan lututku dan setelah itu menamparnya dengan emosi yang aku miliki.

“Dasar gila!” umpatku sembari menangis lalu berlari masuk kedalam rumah dan berlari kekamar.

Aku menangis, lagi. Kali ini aku tak tahu alasanku menangis, karena sakitnya kini begitu nyata. Aku membiarkan pintuku digedornya dan disertai dengan teriakannya yang memanggilku. Biarkan saja.

Aku tak tahu bagaimana alur pikirannya. Aku tahu bahwa ia mencintai Yoona karena sebelum kami menikah aku pernah tak sengaja melihatnya sedang berkencan dan mereka terlihat saling mencintai satu sama lain.

Namun perlakuannya padaku juga nyata. Jika aku tak diberitahunya tentang hubungannya dengan Yoona, aku bisa memastikan bahwa ia juga mencintaiku. Ia begitu hebat dalam memainkan detak jantungku saat bersamanya.

Kenapa aku tak mengetahui hubungannya bersama Yoona belakangan saja? Kenapa aku harus tahu dari awal? Dan kenapa aku bisa jatuh cinta padanya setelah mengetahui hal itu? Biar saja aku tahu belakangan, setidaknya aku akan bisa menikmati awal hubunganku dengannya tanpa mengetahui apapun.

“Sooyoung-ah!”

Aku tersentak dan melihatnya berjalan mendekatiku dengan kaki kirinya yang sedikit pincang. Bagaimana ia bisa masuk?

“Aku sudah bilang bahwa aku akan mendobraknya jika kau tak membuka pintunya”katanya dengan tajam. Aku melototkan mataku lalu dengan cepat menghindar darinya, bermaksud keluar.

Namun sepertinya hobinya memang menahanku, ia memegang pergelangan tanganku dan membuatku kaget karena ia menghempaskanku ke tempat tidur.

Aku membelalakkan mataku dan menatap tajam dirinya.

“Kau darimana saja semalaman?”Tanyanya. Kulihat wajahnya, ehm, khawatir?

Aku tak menjawab. Aku mencoba berdiri lalu berjalan cepat menuju kamar mandi, setelah menepis kasar tangan kyuhyun yang ingin menarik tanganku lagi.

BRAK

Biarkan saja ia terkejut karena bantingan pintu barusan. Aku merosotkan tubuhku dan mulai menangis lagi. Lama-lama aku muak dengan kelemahanku ini. Ia bisa menyakitiku. Aku tahu itu dan karena itu aku menangis? Bodoh, Choi Sooyoung.

Aku berdiri lalu membuka pintu itu setelah sebelumnya membasuhkan sedikit air ke wajahku. Aku melihat ia sedang duduk ditepi kasurku sembari menatap lantai dengan pandangan kosong.

Aku berdehem lalu menatapnya. Cukup Sooyoung, lakukan apa yang ia bisa lakukan padamu.

“Aku akan memasak sarapan, Kyuhyun-ssi. Kau bisa menutup pintu kamar ini nanti jika kau masih ingin disini.”kataku datar lalu pergi kedapur.

Aku membuka kulkas dan mengambil fettucini yang siap dimasak. Setelah merebus dan mencampurnya dengan bolognese dan sedikit keju aku menghidangkannya di meja makan.

Ia masih dikamarku ternyata karena ia tak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

Aku berjalan menuju kamarku dan berniat membukanya. Namun sebelum itu, aku telah melihatnya keluar dari kamarnya sendiri dengan jaket hitamnya.

“Aku akan sarapan dengan Yoona. Ia menelfonku tadi. Kau bisa makan sendiri, Soo”katanya dingin lalu berjalan menuju pintu.

Aku menatap pintu itu dengan terluka. Ia meninggalkan aku, istrinya demi wanita lain. Hanya untuk melakukan sarapan pagi yang penuh cinta. Hanya untuk itu.

Aku meremas baju bagian bawahku dan menggigit bibirku sendiri. Bukankah ia sedang memenuhi keinginanmu,Sooyoung? Ia melakukannya. Ia akan menjauhiku seperti yang aku inginkan. Bukankah ini yang kau inginkan?

Tapi mengapa sakit? Berjumpa dengannya seperti candu. Ia adalah narkoba yang lebih menakutkan dari narkoba jenis paling parah sekalipun. Bersamanya aku akan merasakan sakit yang teramat sangat. Namun jika ia menjauhiku aku merasa bahwa aku orang paling menyedihkan didunia. Apa maumu,Choi Sooyoung?

Bunyi telfon rumah menyadarkanku dari lamunanku. Aku berjalan lunglai dan mengangkatnya.

“Yeoboseyo?”tanyaku lemah.

“Yeoboseyo,Youngie. Kau sakit?”

Bahuku tegak saat mendengar suara Soojin eonnie diseberang sana. Dengan cepat aku merubah nadaku, tak ingin ketahuan oleh orang sepertinya. “Aniyo, eonnie. Gwencanayo. Ada apa menelfon?”

“Ya, apa aku harus memiliki alasan untuk menelfon adikku sendiri?” katanya. Aku bisa membayangkan bibirnya yang sedang manyun dan alisnya yang mengkerut. Aku tersenyum membayangkannya.

“Aniyaa, hanya saja eonnie kau jarang menelfonku.”kali ini aku berusaha berbicara dengan nada yang manja agar ia tak terlalu curiga. Ia tertawa kecil diseberang sana.

“Aku sibuk,saengie. Baiklah, aku hanya ingin memberitahumu bahwa ayah dan ibu serta mertuamu akan datang dan menginap semalaman dirumahmu, Soo.”

“Baiklah, kap-MWO?”tanyaku tersadar akan perkataannya. Eomma dan appa akan datang? Andwae!

“Kau jangan terlalu terkejut. Aku tahu sebagai anak yang baru menikah dan sebagai menantu kau pasti sedang merasakan gugup sekarang. Tenang saja, kau hanya perlu…”

Aku tak menyimak apa yang ia katakan. Aku sibuk memikirkan bagaimana jika nantinya mereka datang?

“Youngie kau disana?”

“Ah..N-nde, eonnie. Tapi, apa mereka pasti datang? Maksudku, Kyuhyun belakangan sibuk mengurusi urusan kantornya dan aku punya banyak kerjaan yang harus aku lemburkan beberapa hari kedepan.” Kataku memberi alasan. Ini tidak bisa terjadi. Aku tak mau lagi diperlakukan pura-pura baik, apalagi didepan orangtuaku dan orangtuanya.

“Ahh aku rasa itu takkan menjadi masalah. Mereka sangat antusias ingin mengunjungi rumah kalian dan satu rumah dengan kalian meskipun hanya semalam.”

“Tapi eonnie-“

“Tidak ada alasan. Eomma bilang mereka akan datang besok  jam 9 pagi. Sudah, aku hanya ingin memberitahumu itu saja. Annyeong”

Suara putus yang menggema diseberang telfon sana membuatku sadar kalau kecemasanku berujung dengan suatu hal yang menakutkan.

—–

Aku duduk dengan gugup disofa. Tanganku terus meremas ujung rok yang aku kenakan. Sesekali aku melihat kearah jam. Ini terlalu lama untuk sarapan saja.

KREK

Aku menahan nafas mendengar suara pintu terbuka. Aku mendongak dan, benar saja.

“Annyeong,Sooyoung-ssi.” Sapa gadis itu padaku. Aku hanya tersenyum kecut lalu membungkukkan badanku dengannya.

Rangkulan Yoona dilengan Kyuhyun membuatku sadar akan maksudku. Untuk apa aku berharap ia mau membicarakan ini dengan serius? Ia saja sekarang menatapku dengan tatapan datar.

Aku berdiri lalu berusaha kelihatan tenang. “Aku hanya ingin memberitahu, Kyuhyun-ssi, orangtuaku dan orangtuamu akan datang dan bermalam disini besok.”kataku dan membungkukkan badanku.

Aku berbalik setelah melihat ekspresinya yang kaget. Samar-samar aku mendengar pembicaraan mereka.

“Oppa..”

“Yoongie-ya, kau percaya padaku kan? Aku mencintaimu.”

Kurasakan sesuatu rubuh menimpa kepalaku dan sesuatu yang tajam menusuk hatiku. Sakit ini datang lagi. Datang lagi dan membawa sekawanan. Hatiku hancur berkeping-keping mendengar perkataannya barusan.

Aku merasa bahwa ia benar-benar membenciku. Benci karena aku yang hadir diantara mereka. Menghancurkan impian mereka untuk bersama. Ya, dia benar-benar membenciku. Dan ia melampiaskannya dengan membuatku jatuh cinta lalu sakit, jatuh cinta lagi dan sakit lagi, dan seterusnya.

Kini aku tahu apa maksud kau melakukan hal seperti itu padaku. Jika memang aku membawa kesialan dihidupmu, kumohon maafkan aku, Kyuhyun-ssi.

—–

Aku mendapati mereka yang sedang menonton film. Entah apa film yang akan mereka tonton, aku tak ingin perduli. Kulihat Kyuhyun beranjak berdiri dan melepaskan rangkulannya dari Yoona. Ia menatapku datar dan aku mencoba menatapnya dengan tatapan tak perduliku. Kulihat ia berjalan melewatiku dan berjalan menuju dapur.

Aku tak ambil pusing. Dengan langkah agak cepat aku berjalan kelemari yang berad disamping televisi.Aku mengambil kunci mobil yang berada di atas lemari lalu berniat berjalan menuju pintu.

“Sooyoung-ssi, kau ingin kemana?” Suara Yoona menghentikan langkahku. Aku menghela nafas sejenak sebelum berbalik menghadapnya. Aku tersenyum tipis. Meskipun agak sedikit dipaksakan. “Aku akan pergi keluar sebentar.”

Ia tersenyum tipis lalu menepuk sofa disampingnya. “Kesinilah sebentar, Sooyoung-ssi.” ajaknya.

Unuk menolaknya aku harus memiliki alasan kuat. Tentu saja aku bisa memberikannya seribu alasan. Namun entah kenapa kakiku melangkah mendekatinya, melihat dengan dekat sosok yang beruntungnya dicintai suamiku.

Aku sudah duduk disampingnya yang tersenyum kepadaku. Aku balas tersenyum hambar. Siapa yang tidak jatuh cinta padanya? Ia adalah wanita kuat yang mempertahankan cintanya dan hatinya yang kupastikan terluka karena lelaki yang ia cintai menikah dengan wanita lain. Ia tak pernah kasar denganku meskipun tahu aku telah menjadi penghalang hubungannya bersama Kyuhyun. Ia selalu memberikan senyumnya padaku, meskipun aku tahu ada secercah luka disenyumnya padaku. Ia cantik dan kudengar ia adalah designer terkenal dengan otak jenius.

“Ehm, Sooyoung-ssi?”

Aku menatapnya.”Ya?”

Ia tersenyum lalu menatap lurus kedepan. “Maafkan aku merebut suamimu.” ucap Yoona. Aku tersenyum kecut.

“Gwaencana.” asal kau tahu luka dihatiku semakin menganga saja.

“Aku yang harusnya meminta maaf padamu. Karena aku adalah pihak ketiga disini.” sambungku. Ia terlihat mengangguk dan menatapku.

“Tak apa. Kalian menikah karena perjodohan, dan tidak ada yang patut disalahkan disini.”

Ya, karena perjodohan. Karena perjodohan sial itu mengakibatkan aku terus dan terus merasakan sakit.

“Kyuhyun oppa adalah pria yang baik.” katanya memulai sesi curhat colongannya. Benar, ia baik kepadamu. Dan kau patut bersyukur Im Yoona. Aku, istrinya, bahkan tak seberuntung dirimu.

“Kami berpacaran sejak kuliah. Ia adalah seniorku dikampus meskipun kami beda jurusan. Ia pria romantis dan ia dingin pada semua yeoja, tak terkecuali aku waktu itu.”Katanya berhenti sejenak lalu tersenyum. Ah, bernostalgia memang menyenangkan.

“Namun seiring berjalannya waktu, aku tahu ia tak seperti itu. Ia hanya kurang pergaulan saja karena ia hidup dilingkungan keluarga elite dan jarang bermasyarakat. Ia adalah cerminan pribadi manja, romantis, dan baik yang sempurna. Satu hal yang aku ketahui darinya, ia sangat pandai menyembunyikan perasaannya pada yeoja. Aku hampir pingsan karena kaget saat ia memintaku menjadi pacarnya karena aku sama sekali tak pernah memikirkan hal itu.” katanya tertawa kecil. Aku menatapnya dan mendapatinya sedang tersenyum dan lagi-lagi aku merasa iri padanya. Yeoja ini, ia adalah wanita yang dicintai oleh Kyuhyun.

“Ehm..” Deheman seseorang membuyarkan keheningan diantara kami. Aku berdiri dengan cepat setelah mendapati ia melirikku tajam. Yoona tersenyum padanya.

“Terimakasih telah menemaniku, Sooyoung-ssi.”katanya sopan. Aku mengangguk pelan lalu berjalan kembali menuju pintu. Biar saja mereka. Biar saja apa yang akan terjadi pada mereka. Itu bukan urusanku sama sekali.

—–

Aku menyiapkan makan siang untukku dan untuknya. Setelah selesai memasak, aku menghidangkan sup kimchi yang masih panas dimeja makan.

Yoona sudah pulang daritadi. Dan Kyuhyun hanya memainkan PSP-nya didepan televisi yang mati. Aku berjalan memanggilnya untuk makan.

“Kyuhyun-ssi, makanan sudah selesai.”kataku. Kulihat ia melirikku sebentar. Hanya sebentar. Dan aku berjalan menuju meja makan. Terakhir aku tahu ia mematikan PSP-nya dan berjalan mengikutiku lalu duduk dihadapanku.

Kami makan dalam diam. Sejak dua hari lalu, atau tepatnya ia menyinggungku soal sifatku yang mencoba menjauhinya, ia tak pernah lagi berlaku manis kepadaku. Seharusnya aku senang karena tidak ada lagi harapan-harapan palsu yang mengentayangi pikiranku. Namun ternyata, hatiku sama sakitnya saat kami harus diam seperti ini.

Aku lalu teringat dengan Yoona. Gadis baik itu pasti sangat tertekan dengan keadaan cintanya sekarang meskipun ia tak pernah menampakkannya didepanku.

Aku meliriknya sejenak. Menghela nafas lalu mengumpulkan keberanianku mengatakan hal ini kepadanya.”Kyuhyun-ssi, apa kau tak berpikiran untuk..ehm..menceraikanku?”tanyaku ragu. Aku merasa berbilah-bilah pisau menusuk jantungku sekarang, sangat sakit sekali.

Ia tersedak dan sontak aku mengambilkannya minum. Ia kembali menatapku tajam. “Kau bicara apa?” tanyanya kesal.

Aku mengedikkan bahuku, mencoba cuek dan kembali memakan makananku. “Aku kasihan melihat Yoona, ia berpacaran dengan lelaki yang beristri. Maka dari itu, menceraikan aku adalah salah satu atau bahkan satu-satunya jalan terbaik.” ucapku sembari menggigit bibir bawahku, tak yakin apa aku mampu diceraikan olehnya.

Ia kembali memakan makanannya.” Aniya, tak akan.”

Aku menghela nafas sedikit lega, ia tak mau bercerai denganku. “Tapi jangan percaya diri dulu karena aku melakukan ini demi orangtuaku dan Yoona. Yoona pasti akan terluka melihatku menentang keinginan orangtuaku demi dirinya.”

Aku memejamkan mataku. Tak apa, itu tak apa. Seberapa tajamnya perkataannya dan tepat menghujam hatiku, tak masalah jika ia masih berada disini, berdiri disini sebagai suamiku meskipun ini menyakitkan.

“Arra, aku mengerti. Aku tahu, Kyuhyun-ssi. Kau sangat mencintai Yoona sehingga ia adalah alasanmu diatas penolakan permintaanku.  Aku tahu bahkan sebelum kau mengatakannya.” kataku berusaha tegar.

“Bagus kalau begitu.” katanya kemudian beranjak dari tempat duduknya lalu masuk kedalam kamar kami.

Airmataku turun lagi. Sudah entah berapa kali ia membuatku seperti ini dan beberapa kali pula aku gagal untuk menghapus namanya dari hatiku.

TING TONG

Aku menghapus airmataku lalu meminum air yang ada disamping piringku. Lalu berjalan mendekati pintu.

Bel berbunyi dua kali dan aku menggerutu sebal. Tamu dimana-mana harus sabar sampai sang tuan rumah membukakan pintunya. Dengan sedikit kesal aku membuka pintu.

“Nde?” tanyaku malas. Aku mengerutkan keningku melihat lelaki didepanku ini. Ia menggunakan kacamata dan topi hitam dikepalanya. Apa dia orang jahat?

Aku menatapnya waswas. Aku sedikit menggeser posisiku lalu dengan tiba-tiba lelaki didepanku ini memelukku.

Aku kaget dan meronta dilepaskan. Kurasakan ia membuka topi dan kacamatanya saat memelukku. Akhirnya ia melepaskan pelukannya.

“SURPRISE!”pekiknya sembari tersenyum. Aku membelalakkan mataku, kaget. Sangat kaget. Kupastikan mulutku sedang menganga sekarang.

Ia menaikkan daguku, menutup mulutku. “Tak perlu kaget seperti itu. Aku masih tampan,  jadi tak ada yang harus kau kagetkan.”katanya pede.Aku tersenyum lalu tertawa lepas. Ia ikut tertawa.

“Neo! Lee Hyukjae!”

—–

Aku mengangkat nampan berisi dua gelas minuman kearah ruang tamu. Didepan kamar kami, kulihat Kyuhyun baru saja menutup pintu kamar. Entahlah, aku berusaha tak perduli. Aku berjalan pergi lalu menghampiri Hyukjae oppa yang sedang duduk disalah satu sofa.

Aku tersenyum lalu meletakkan nampan itu dan kemudian duduk di hadapannya. Kutangkap lirikan tajam Kyuhyun yang sedang mengambil minum didapur.

“Oppa, kapan kau kembali dari Russia?” tanyaku. Ia yang sedang minum nyengir sebentar lalu menopang dagunya sendiri.

“Hmm.. Kau penasaran? Kau merindukanku ya? Sudah kuduga.”katanya sembari mengangguk maklum lalu tertawa kecil. Aku melempar bantal sofaku kewajahnya meskipun dengan cepat ia menangkap bantal itu.

“Bercanda, Youngie. Aku baru kembali kemarin. Dan aku langsung kesini. Hebat, bukan?” godanya. Aku tak meresponnya. Aku tersipu mendengar godaannya itu.

Kulihat Kyuhyun berjalan melewati kami dan berhenti didepan lemari yang berada disamping sofa yang Hyukjae oppa duduki.

Ia terlihat sedang mencari sesuatu. Hyukjae oppa menatapnya sebentar lalu senyum ramahnya mengembang.

“Hei, apa kau adalah yang katanya suami Sooyoung itu?” katanya. Kyuhyun menoleh padanya lalu tersenyum terpaksa. Aku hanya diam memperhatikan mereka.

“Nde.”jawabnya singkat. Lalu Hyukjae oppa berdiri dan mengulurkan tangannya. “Hyukjae imnida, cinta pertama Sooyoung.” Katanya dengan gummy smilenya dan sukses membuatku melotot.

“YAK! MWORAGO?!” pekikku kesal. Biar bagaimanapun, aku tak enak dengan Kyuhyun. Aku tak mengelak dari pernyataan Hyukjae oppa karena itu benar. Namun perkenalan macam apa itu?

Kulihat Kyuhyun dengan tatapan datarnya. Ia menyambut tangan Hyukjae oppa dan memperkenalkan dirinya. “Kyuhyun, Cho Kyuhyun.”

Aku menghela nafas. Ia bahkan tak bereaksi apa-apa. Aku tidak mengharapkannya marah dan mengusir Hyukjae oppa, namun apa ia tak bisa merubah sedikit ekspresi wajahnya?  Perdulilah sedikit kepadaku, Kyuhyun-ssi. Cemburulah sedikit padanya agar aku tahu kau masih menghargaiku sebagai istrimu.

CUT!

Holaaa. Bagaimana? Ini udah makin panjang meskipun gak terlalu panjang karena aku takut bakal monoton ceritanya._.v

Makasih lagi buat reader yang mau komen dan kritik. Ternyata banyak yg krg setuju Yoona jadi orang ketiga disini. Mianhamnida, aku hanya berniat mencoba yang baru._.v

Gimana? Apa ceritanya ngena gak? Dapet gak feelnya? Kadang aku takut ceritaku flat dan gak ada feelnya sama sekalii L

Yaudah, kalau aku masih ada kesalahan kritik dan sarannya monggo yaaaJ Kalau kalian suka cukup komen aja dan aku gak ngarep apa apa selain itu :3

Oh iya, buat yang minta POV Kyuhyun pasti aku bikin. tapi gak skrg hehe biar makin penasaran:3 *gubrak* Tenang aja, POV Kyuhyun bakal muncul kalau bener-bener diperlukan. Ditunggu:3

Okee annyeong~